Selasa, 06 September 2011

Mobil Sporty Berselimut Debu Penyesalan

    

      Seorang  pemuda sebentar lagi akan di-wisuda, sebentar lagi dia akan menjadi seorang  sarjana, akhir jerih payah-nya selama beberapa tahun di bangku  pendidikan.  Beberapa bulan sebelumnya dia melewati sebuah showroom, dan saat itu dia jatuh cinta kepada sebuah mobil sport, keluaran terbaru dari Peugeot.

     Selama beberapa bulan dia selalu membayangkan, nanti pada saat wisuda ayahnya pasti akan membelikan mobil itu kepadanya. Ia sangat yakin, karena ia adalah anak satu-satunya dan ayahnya sangat menyayanginya. Iapun berangan-angan mengendarai mobil itu dan bersenang-senang dengan teman-temannya. Bahkan semua angan-angannya itu telah ia ceritakan kepada teman-temannya.

    Saatnya pun tiba, siang itu, setelah wisuda, dia melangkah pasti menuju ke ayahnya.

    Sang ayah tersenyum dan dengan berlinang air mata karena terharu ia mengungkapkan betapa ia bangga akan anaknya, dan betapa ia  mencintai anaknya itu. Lalu ia pun mengeluarkan sebuah bingkisan,… bukan sebuah kunci mobil !

    Dengan hati yang hancur sang anak menerima bingkisan itu, dan dengan sangat kecewa dia membukanya. Di dalam bingkisan itu ia menemukan sebuah Kitab Suci yang bersampulkan kulit asli, dan di kulit itu terukir indah namanya dengan tinta emas.

    Pemuda itu menjadi marah dan dengan suara yang meninggi dia berteriak, "Aahh… Ayah memang sangat mencintai saya, dengan semua uang yang  Ayah miliki Ayah belikan Kitab ini sebagai hadiah untuk kelulusanku ?"
    Lalu dia lari meninggalkan ayahnya. Ayahnya tidak  bisa berkata apa-apa, hatinya hancur, dia berdiri mematung ditonton puluhan pasang mata yang hadir saat itu.

    Tahun demi tahun berlalu, dengan otaknya yang cemerlang sang anak berhasil  menjadi seorang yang terpandang. Dia mempunyai rumah yang besar dan mewah, dengan istri yang cantik dan anak-anak yang cerdas.

    Sementara itu ayahnya semakin tua dan tinggal sendiri. Sejak hari wisuda itu, anaknya pergi meninggalkannya dan tak pernah menghubunginya. Dia berharap suatu saat dapat bertemu anaknya itu, hanya untuk meyakinkan betapa kasihnya ia pada anak itu. Sang anak pun kadang rindu dan ingin bertemu dengan sang ayah, tapi mengingat apa yang terjadi pada hari wisudanya, dia menjadi sakit hati dan belum bisa memaafkannya.

    Sampai suatu hari datang sebuah telegram dari kantor kejaksaan yang memberitakan bahwa ayahnya telah meninggal, dan sebelum  ayahnya meninggal, dia mewariskan semua hartanya kepada anak satu-satunya itu.
    Sang anak disuruh menghadap Jaksa wilayah, kemudian bersama-sama ke rumah ayahnya untuk mengurus semua harta peninggalannya. Saat  melangkah masuk kerumah itu, mendadak hatinya menjadi sangat sedih, mengingat  semua kenangan semasa dia tinggal disitu.

    Dia merasa sangat menyesal telah bersikap buruk kepada ayahnya. Dengan bayangan-bayangan masa lalu yang menari-nari di matanya, dia menelusuri semua barang di rumah itu….. Dan ketika dia membuka lemari besi ayahnya, dia menemukan Kitab Suci itu,masih terbungkus dengan kertas yang sama, sama seperti bertahun-tahun yang lalu.

    Dengan airmata berlinang, dia lalu memungut Kitab Suci itu, dan mulai membuka halamannya.
    Di halaman pertama Kitab Suci itu, dia membaca  tulisan tangan ayahnya, "Terima kasih Tuhan, Engkau berikan anak yang baik kepada manusia yang hina ini … "

    Selesai dia membaca tulisan itu, sesuatu jatuh dari  bagian belakang Kitab Suci itu. Dia memungutnya,…. sebuah kunci mobil ! Di gantungan kunci mobil itu tercetak nama toko,  sama dengan toko mobil sport yang dulu dia idamkan ! Dia membuka halaman  terakhir Kitab Suci itu, dan menemukan di situ STNK dan surat-surat  lainnya, namanya tercetak di situ. Dan sebuah kwitansi pembelian mobil dengan tanggal tepat sehari sebelum hari wisudanya.

    Dia berlari menuju garasi, dan di sana dia menemukan sebuah mobil yang berlapiskan debu selama bertahun-tahun, meskipun  mobil itu sudah sangat kotor karena tidak disentuh bertahun-tahun, dia masih  mengenal jelas mobil itu, mobil sport yang dia dambakan bertahun-tahun lalu. Dengan buru-buru dia menghapus debu pada jendela mobil dan melongok kedalam.

    Bagian dalam mobil itu masih baru, plastik membungkus joknya, di atas dasbornya ada sebuah foto, foto ayahnya yang tersenyum bangga. Mendadak kakinya lunglai, ia terduduk di samping mobil, air matanya tidak terhentikan, mengalir terus mengiringi rasa sesal yang tak mungkin terobati ……..

(sumber :  tidak jelas)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar